12 Jan 2010
Dilarang makan pinang
11 Jan 2010
Persyaratan ppds bk
- formulir PPDS/PPDGS yang telah di isi
- pas foto 4x6 berwarna 5 lembar
- fotocopy rekomendasi dari dinas kesehatan prov/kab/kota atau RSU/RSUD
- fotocopy ijazah dokter yang telah dilegalisir dekan/pejabat berwenang *)
- fotocopy transkrip akademik yang telah dilegalisir oleh dekan/pejabat berwenang *)
- surat rekomendasi IDI
- surat tanda registrasi (STR) dari konsil kedokteran
- surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah
- SK PTT
- surat keterangan selesai masa bakti (pasca PTT)
- daftar riwayat hidup
- surat keterangan catatan kepolisian (khusus peminatan ke FK Univ. sumatera utara)
- sk pengangkatan CPNS **)
- sk pengangkatan PNS **)
- sk kenaikan pangkat terakhir **)
- daftar penerimaan pelaksanaan pekerjaan (DP3) tahun terakhir yang di tanda tangani yang berwenang **)
keterangan : *) legalisir asli 5 rangkap
**) bagi non pns tidak diperlukan
semua berkas rangkap 5 (lima)
papua aman?
pertanyaan ini pasti terbersik pada semua orang yang tinggal diluar papua sana...coretan ini saya angkat setelah menonton berita perang suku timika tadi pagi. hhmmm saya mulainya dari mana ya.?.... well, papua itu gak kecil. provinsinya aja udah dua. rusuh di satu tempat gak akan merembet di tempat lain. bahkan hari paling dinantikan tiap tahun, tepatnya peringatan 1 desember juga gak ada kekacauan kok. paling juga demonstrasi ama pengibaran bendera bintang kejora. yah samalah dengan di jawa ama sulawesi sana. paling yang sering demo ya klo gak di jakarta ama di makassar. itupun di beberapa titik kecil aja. jadi cerita cerita klo papua itu sering kacau sebenarnya cuman besar-besaran media doank...emangnya papua cuman timika saja? gak kan....!
menurut saya OPM beda dengan GAM, apalagi dari segi persenjataan. klo GAM udah pake senjata jenis AK, nah klo di sini paling banyak juga anak panah. ada sih yang pake senjata, tapi paling cuman satu satu aja. secara organisasi juga GAM jugA lebih "teratur"dibanding OPM.
Timika merupakan daerah "emas" di Papua. disini banyak warga pendatang yang tumpah mencari peruntungan di berbagai sektor. mulai dari kerja di daerah pertambangan Freeport sampai mendirikan usaha sendiri. ketidaksiapan warga asli Papua bersaing dengan warga pendatang inilah kadang jadi sumber kecemburuan dikalangan mereka. ada masalah kecil langsung di besar besarin, satu yang mati satu kampung yang rusuh. namun sebagian besar perang di timika yah antar suku papua juga. perang tidak akan berhenti sampai jumlah korban di kedua belah pihak udah seimbang. yah tepatnya nyawa ganti nyawa. eh sialnya udah bikin rusuh mereka malah minta dilakukan pesta perdamaian atau yang kita kenal sebagai pesta bakar batu. yah ujung2nya duit pemda lagi keluar. ada anekdot klo pestanya udah bubar maka perangnya mulai lagi biar ada pesta bakar batu lagi. sapa juga gak mau makan gratis...fiuhhh dasar !!!
sekian dulu deh corat coretan ini, semoga bisa sedikit membuka mata kita tentang papua...
sampai kapan ?
Yah "sampai kapan"...itu judul yang pengen saya angkat...hal ini menyangkut transportasi yang sulit di papua. Memang pembangunan di tanah air kita ini sangat tidak merata. bayangin aja jalanan yang udah bentuk "ada jalan di atas jalan" macam di jakarta, ehhh buat pengaspalan aja dipapua sulitnya minta ampun...paling paling yang 'licin" di dalam kota kabupaten. jika melirik 3 tahun lalu memang sih pembangunan cukup cepat. jalanan di tanah merah yang sebelumnya becek pas hujan sekarang udah di aspal. jalan jalan ke pedalaman yang yang dulunya berkubang sekarang udah dilakukan pengerasan. saya masih ingat cerita-cerita susahnya hubungan darat antara merauke tanah merah (boven digoel). ada yang sampai nginap 3 hari di jalan karena mobilnya terjebak lumpur, atau ada aja bagian yang rusak akibat sulitnya medan. tapi sekarang udah lumayan, terakhir waktu tempuhnya tinggal berkisar 7-8 jam. sulitnya transportasi inilah yang menjadi biang keladi tingginya harga sembako dipedalaman. bisa dua kali lipat dari harga di merauke. transportasi lain emang gak ada? ada sih, lewat sungai ama udara. klo pake kapal laut bisa dua hari menyusuri kali digoel buat nyampe di tanah merah. nah klo lewat udara sebagian besar pake pesawat twin otter merpati.pesawat kecil dengan daya tampung 10-12 penumpang sekali jalan ini tiketnya gila gilaan. bayangin aja harganya gak kurang dari satu juta....buset !. itu mah ongkos naik boeing makassar jakarta, udah pulang pergi pula....
saat ini saya bertugas di distrik mindiptanah. jaraknya sekitar 70 km dari ibukota kabupaten. jalannya udah ada sebagian kecil yang di aspal. sebagian dilakukan pengerasan, tapi klo datang hujan mah tetap aja licinnya minta ampun. masih ingat dulu pertama kali ke mindiptana pake ojek mesti bayar ampe 700 rb.. gila harganya sampe kayak harga tiket pesawat. udah gitu kadang pake turun dari motor klo ada kubangan, bantuin dorong motornya, sampe jatuh ketimpa motor. udah begitu harganya selangit pula, sial ! dulu ada lelucon klo mau jalannya bagus tinggal panggil pak bupati. pasti licin, tapi habis itu paling sebulan udah hancur lagi. but thanks god udah lumayan sekarang. saat ini paling tinggal sejam naik motor. tapikan kita pengennya seluruhnya tetap di aspal, ya gak....
jika jalan jalan di dalam kota distrik aja baru diperbaiki, yah jangan tanya jalan jalan di distrik distrik yang jauh letaknya...parah !. oktober tahun lalu (2009) saya pernah ke sebuah kampung yang jalannya udah menjadi rimbun oleh rerumputan. sampe2 motor pun susah buat lewat. jadinya rombongan kami jalan kaki selama 6 jam...hhhmmm. tapi lumayan buat ngecilin perut ama gedein betis, hehehe...itu aja dulu ya
semoga tulisan ini bisa membuka mata kita semua.....tapi sekali lagi "sampai kapan?"