9 Apr 2010

Proposal

Cerita ini bukan barang baru di Papua, bahkan saat ini sudah menjadi komoditas. Masyrakat lebih pandai membuat proposal daripada bercocok tanam. Hal ini tentunya berlaku bagi masyarakat asli dan sebagian pendatang. Proposal dalam hal ini berupa bantuan bupati/pemerintah kepada individu dalam hal tambahan modal usaha, biaya berobat, biaya melanjutkan pendidikan, dll. Sebenarnya program ini lumayan sebagai program tambal sulam. Individu yang sakit keras dan tidak punya dana dapat merasakan mamfaat dari program ini. Namun dalam perjalanannya program ini lebih banyak diselewengkan. Kadang mereka bilang ini program “baku tipu”.
Proposal pada umumnya berupa bantuan biaya berobat. Proposal ini mesti diperkuat dengan surat rujukan dokter. Surat rujukan yang umumnya diberikan dibawah tekanan, atau atas permintaan sendiri. Bahkan ada dokter yang diancam ancam bahkan sempat dipukuli jika menolak memberikan surat rujukan.
Proposal bantuan ini juga bernilai politis. Hal ini mengingat sebagai propaganda ataukah kampanye terselubung untuk menyongsong pilkada berikutnya. Yah itung itung sebagai tabungan untuk pilkada berikutnya. Dorang bilang pak bupati ini boleh, bagi bagi kita uang. Padahal uang tersebut pastinya bukan dari kantong pribadi, apalagi klo bukan dari apbd yang seyogyanya untuk pembangunan.
Ada cerita menarik dibalik proposal bantuan biaya berobat. Waktu itu masyarakat sedang antri dikantor dinkes sambil membawa map/proposalnya masing masing. Terseliplah seorang nenek tua yang pura pura patah tangan sambil diverban dan dipasang kain penyangga ke lehernya (semacam mitella). Si nenekpun masuk menghadap kepala dinas sambil pura pura merintih kesakitan. Tak lama kemudian setelah keluar dan mendapatkan setumpuk uang sang nenek dengan santainya membuka verban dan kain penyanggah tangan, lalu menghitung uang dengan santainya.
Besarnya biaya bantuan yang diberikan bervariasi. Dulunya tidak ada pembatasan. Semuanya serba suka suka. Namun belakangan jumlahnya dibatasi; dalilnya agar banyak orang yang bisa merasakan. Ibarat kue, yah potongannya jadi diperkecil untuk tiap orang. Bukan rahasia lagi klo uang 10-20 juta sangat gampang di dapat lewat proposal. Cukup dengan merinci ongkos transpor, biaya pengobatan, biaya penginapan plus embel embel lainnya. Semuanya dirinci dalam selembar kertas yang dapat ditukar dengan setumpuk uang.
Itulah sedikit cerita tentang proposal. Satu program tambal sulam yang punya dua sisi. Satu sisi positif yang lainnya sisi negatif. Sekarang tergantung bagaimana pemerintah dan masyrakat Papua ingin menonjolkan sisi yang mana...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar